Sunday, June 3, 2012

Essay buat apply KSE

Iseng saya posting essay yang saya buat guna melengkapi persyaratan ngajuin beasiswa... semoga bermanfaat!


Muhammad Dzikri

Saya lahir di Cianjur pada masa tahun 90-an, masa-masa kejayaan orde baru. 

Namun saya belum tahu apa-apa tentang itu semua pada saat itu, termasuk pada tahun 1998, saya tidak mengerti mengapa mahasiswa menaiki gedung besar berwarna hijau di Jakarta, tempat yang saya kira penuh kesenangan. Pada waktu itu saya masih kelas 2 dan pada saat itu pula saya berpikir, bahwa mahasiswa hanyalah orang-orang yang kerjanya demonstrasi di jalan.
 
Pada waktu saya masuk SMA, barulah saya menyadari ternyata mahasiswa itu kerjanya hampir sama dengan saya pada waktu itu. Belajar. Namun lebih terfokus pada apa yang diminatinya, meskipun pada kenyataannya sekarang saya banyak melihat teman-temanku yang stress karena menganggap telah salah mengambil keputusan untuk kuliah di program studi yang diambilnya sekarang. Impian saya sejak saat masuk SMA hingga saat ini adalah menjadi seorang advertiser dan desainer grafis, dan saya pun merupakan orang yang anti terhadap matematika dan ilmu pasti semacamnya. Atas dasar itulah saya masuk jurusan bahasa, karena pada waktu itu saya senang terhadap pelajaran bahasa jepang dan jerman, dan saya pikir, dengan bobot pelajaran  yang tak terlalu berat, hobiku dalam desain grafis akan bisa berjalan beriringan. Cukup itu. Dan hari-hariku semakin berwarna karena saya pikir saya sudah menemukan passion saya pada waktu itu.



Saat saya berencana menempuh pendidikan di jenjang yang ‘lebih tinggi’, saya kembali bertanya, apakah memang benar minatku dalam bahasa? Karena saya pun mulai menyenangi bidang yang berkaitan dengan humanisme, seperti psikologi, ilmu komunikasi, dan antropologi. Namun karena pada saat itu saya masih bisa dikatakan remaja labil, jadi saya coba banyak tes. Prioritas utamaku tetap mengejar impianku; lulus tes USM ITB dan masuk FSRD ITB jurusan Desain Komunikasi Visual. Namun itu kandas, karena saya merasa gagal dalam tes menggambar manual. Saya pun mulai putus asa, karena usaha-usaha saya untuk masuk PTN, seperti PMDK UPI (Pendidikan Bahasa Jepang) dan SIMAK UI (Ilmu Komunikasi dan Sastra Jepang), tidak membuahkan hasil. Setelah itu saya berpikir, bahwa aset terbesarku pada saat itu untuk masuk PTN adalah kemampuan berbahasa Jepangku. Jadi saya putuskan untuk mengikuti SNMPTN. Saya mengambil IPC karena saya masih penasaran dengan potensi masuk Fakultas Psikologi Unpad. Namun, pilihan itu pun tidak terealisasi, dan Tuhan menakdirkan saya untuk menimba ilmu di Sastra Jepang Unpad. Saya pikir ini adalah sebuah takdir, bahkan mungkin sebuah batu loncatan. Pada waktu itu pun saya bertekad untuk menyelesaikan studi dengan secepat mungkin yang saya bisa, dan saya melanjutkan studi ke Jepang.

Terlepas dari semua ke-random-an peristiwa yang terjadi dahulu, cita-cita saya tetap coba saya teguhkan untuk tetap menjadi advertiser dan desainer grafis, meskipun pendidikan yang saya tempuh sekarang mungkin tidak nyambung. Namun harapan saya, ada hal baru atau hal yang mungkin saya tak tahu melalui prodi yang sedang saya tempuh, yang dapat memberikan sebuah kontribusi yang nyata bagi sekeliling saya. Belajar di Sastra Jepang berarti belajar kebudayaan mereka. Saya banyak belajar kebudayaan-kebudayaan Jepang yang positif, yang bisa saya terapkan di kehidupan saya sehari-hari di Indonesia, yang saat ini terkenal dengan tidak disiplin. Harapan besar saya melalui kuliah di Sastra Jepang hingga wisuda nanti, kelak akan membuat sebuah paradoks baru di kehidupan masyarakat di Indonesia, yang dimulai dari saya pribadi, selain kemampuan berbahasanya yang pasti akan saya butuhkan kelak. Karena itulah selain belajar di bangku kuliah, saya banyak belajar melalui organisasi yang saya ikuti, sebagai rasa syukur saya; masih bisa kuliah. Dan saya pun mencoba untuk mendapatkan beasiswa KSE sebagai bukti bahwa saya adalah orang yang tidak mau merepotkan orang lain terlalu banyak, apalagi kepada dua orang yang saya kasihi sepanjang usia, disamping untuk memberikan lebih banyak input lagi bagi diri saya yang masih harus banyak belajar.

***