Wednesday, January 12, 2011

'when life must goes on...'

Pemuda yang tidak memiliki batasan...


Yah, tidak terasa usia ini mulai menua, sebentar lagi masuk ke fase kepala dua meskipun nyatanya kepala saya sepertinya tidak akan pernah menjadi dua. Perjalanan menapaki rute kehidupan ini memang seringkali terasa begitu cepat. Seperti dulu misalnya, saya pernah berpikir tidak akan pernah kuliah karena untuk menuju fase itu sangat lama, tak terpikir bakal kejadian. Tiba-tiba kini, kehidupan kampus itu adalah hal yang biasa bagi saya. Bagaimana dengan Anda? Apakah pernah memikirkan hal yang sama?

Alhamdulillah, Semester 3 sudah berakhir, hanya tinggal beberapa semester lagi untuk menyelesaikan kuliah yang memang kutargetkan lulus tepat waktu dan tepat pada waktunya. Semoga nilai yang muncul nanti akan membuat setidaknya bibir ini tersenyum, meskipun nilai kognitif memang tidak menentukan kehidupan kita kedepannya. Namun, saya tidak ingin membawa oleh-oleh yang membuat orangtuaku kecewa, karena nilai tersebut mencerminkan apakah saya serius menuntut ilmu di sini atau tidak, karena setiap rupiah hasil jerih payah orangtuaku untuk menyekolahkanku akan dipertanggungjawabkan. Dan saya tidak mau menjadi orang yang tidak bertanggungjawab. Well, life must goes on... Tak ada lagi waktuku untuk bermalas-malasan, karena dengan malas tidak akan membuat hidup lebih baik, di sinilah kesempatan untuk memaksimalkan potensi dalam spesialisasi bahasa jepang, dan kesempatan itu sangat terbuka lebar. Bayangkan, berapa banyak orang-orang sepertimu yang menginginkan hal yang sama, namun pintu kesempatan tertutup rapat sehingga jangankan masuk, mengintip pun tak mampu. Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?

Di sisi lain, saat saya sedikit menggeser perspektifku pada kehidupan kampus yang lain, begitu berat amanah yang sedang kupikul sekarang. Diamanahi sebagai seorang 'rais' memang begitu luar biasa, begitu mampu menyontakkan hati. Tak terbayangkan sedikitpun akan diamanahi dengan amanah yang sedemikian. Well, life must goes on... Saat diri ini mendapatkan sebuah beban, yakinlah janji Allah subhanahu wa ta'ala, bahwa Dia takkan pernah memberikan sebuah cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya... Dan Dia Maha Menepati Janji. Saat kesulitan menentukan keputusan atau pilihan, berbagai sarana telah Dia sediakan, ilmu yang membentang luas telah terhampar untuk ditelusuri dan diamalkan agar kita mempunyai referensi yang cukup untuk membuat keputusan kita tepat. Shalat istikharah pun Rasulullah sunnah-kan, untuk memantapkan pilihan, agar kita takkan menyesal telah menetapkan putusan kita, karena kita telah melibatkan Allah dalam keputusan tersebut. Banyak orang hidup untuk diambil pengalamannya dari hikmah yang mereka dapatkan dalam menjalani kehidupan mereka masing-masing. Saat kita bingung menentukan apa agenda kita selanjutnya, sebuah makhluk bernama 'prioritas' pun hadir untuk membantu kita menentukan. Sebenarnya tiada alasan bagi kita berleha-leha, karena semuanya telah disediakan, dan waktu yang tiap detiknya takkan pernah bisa kembali itu terus berlari tak kenal lelah. Mau dikacangin sama waktu? Maka nikmat Tuhan-mu yang mana(lagi) kah yang kamu dustakan?

Kugeser sedikit teropong jalan kehidupan menuju jalan lain, yaitu masa depan. Masa depan yang akan kuraih selama usia yang Allah amanahkan ini masih berdetak. Seperti apakah masa depan yang akan kudapatkan? Tiada satu orang pun yang tahu dan mampu menentukan. Yang berkuasa menentukan hanya (dan memang hanya) Allah subhanahu wa ta'ala. Kita adalah aktor dalam skenario kehidupan-Nya. Masalahnya bagaimana kita bisa menjadi aktor terbaik, menjadi khalifah dengan segala bentuk ikhtiyar kita dalam menegakkan agama Allah, dan dianugerahi trofi Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai yang takkan pernah dapat kita bayangkan bagaimana indahnya sungai di sana, tentu saja atas keridhoan-Nya... Melalui bagian hidup apapun, baik itu perjuangan, penantian, pembalasbudian, pengorbanan, hingga pemakaman. Di masa depan nanti, orang-orang akan ada yang bersyukur dan tersesal. Bersyukur atas segala karunia Allah yang diberikan, karena dia berikhtiyar dengan sungguh-sungguh untuk meraih keridhaan-Nya melalui bagian-bagian kehidupan yang ia tempuh. Tersesal karena apa yang ia lakukan selama hidupnya karena tidak memanfaatkannya dengan maksimal dan hanya berleha-leha saja, seakan-akan akan hidup selamanya di dunia yang hanya sementara. Bagaimanakah kita kelak? Bersyukur atau tersesal? Maka nikmat Tuhan-mu yang mana(lagi) kah yang kamu dustakan?



Hidup harus terus dijalani dengan sungguh-sungguh, meskipun beban sedang ringan maupun berat.
Karena kita akan mendapatkan sesuai dengan yang kita ikhtiyarkan.

Selamat berusaha untuk mencapai target-target kehidupanmu!
Jika iman, ilmu, dan semangat telah menggelora, insyaAllah syetan pun takluk padamu! :)