Wednesday, November 9, 2011

Mencoba melihat sesuatu dengan lebih menyenangkan

Bismillaah,
kondisi akhir-akhir ini yang pancaroba membuat diri ini berpikir,
"Kenapa kondisi psikologis saya ikut-ikutan pancaroba???" haha...

Dalam waktu dekat yang sudah lalu, banyak sekali hal yang saya alami dan rasakan.
Namun, sayangnya hal-hal tersebut lama-lama berasa tidak berkesan dan tak termemorikan. Saya sendiri bingung kenapa hal itu bisa terjadi, padahal peristiwa-peristiwa itu bukan hal yang 'sekedar sesuatu', tapi (kalau boleh saya bilang) 'sesuatu banget'...

Sepertinya ada yang hilang dalam keseharian, ada desiran halus dalam hati yang menghalangiku meraih hikam tak ternilai dari setiap hal yang teralami. Tak terpungkiri, rasa sombong meski ukurannya secuil kerikil, bisa berefek pada diri luar biasa... Sehingga saya tidak bisa menikmati hal-hal yang dikaruniakan-Nya dengan sebenar-benarnya menikmati dan mensyukuri.

Ada cerita menarik tentang sebuah kesombongan dari buku yang saya baca,
jadi begini ceritanya:

Dua orang lelaki yang datang bertamu ke rumah seorang Bijak tertegun keheranan. Mereka melihat si orang bijak sedang mengepel lantai rumahnya. Keringatnya terus menetes dari sela-sela rambutnya. Menyaksikan keganjilan ini salah seorang lelaki ini bertanya, "Apakah yang sedang engkau lakukan, hai orang Bijak?"

Sang Bijak menjawab, "saya sedang membersihkan bekas kaki tamu yang tadi datang ke sini"

"Bukankah kamu bisa menyuruh orang yang bekerja di rumahmu untuk membersihkannya?" Tanya lelaki kedua heran.

Yang ditanya hanya tersenyum memandangi kedua orang tamunya, "Kalian boleh menunggu saya, sementara saya menyelesaikan pekerjaan ini"

Tak lama kemudian, sang bijak pun menemui kedua orang tamunya. Salah seorang lelaki yang masih penasaran kembali bertanya: "Apakah maksud engkau bersusah payah membereskan semuanya sedangkan kau bisa saja meminta tolong pembantumu?"

"Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasehat. Saya memberikan banyak nasehat yang sangat bermanfaat bagi mereka. Mereka tampak puas dan bahagia mendengar semua nasehat yang diberikan. Namun, sesudah mereka puulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan di hati mulai bermunculan. Karena itu saya melakukan pekerjaan ini untuk membunuh perasaan sombong itu."

Ya begitulah, setan memang pintar dan dengan solidernya bahu membahu menggoda manusia untuk melakukan hal-hal yang disenanginya (-nya refers to setan). Dan kita harus jangan kalah pintar dan solider juga dalam mensinkronkan jasad dan ruh kita untuk 'nggak manut-manut' sama setan, dalam setiap hal-hal yang kita lakukan sehari-hari. Salah satunya dengan membunuh (wih sadis) rasa sombong itu setiap ada desiran-desran halus terasa di hati, dengan cara yang mungkin teman-teman bisa terinspirasi dari cerita di atas.

Setelah kita bisa mengatasi hal itu, biasanya kita jadi bisa melihat setiap peristiwa yang kita lalui dengan perspektif yang menyenangkan, tanpa ada beban yang tidak perlu di hati kita... :) percaya gak? Silakan buktikan, kalau gak percaya... :)

saur Allah oge dina kalamullah: "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." [QS 31 (Luqman): 18]

Ah, hidup memang menyenangkan, saat sadar dan tak terlena di dalamnya.

No comments:

Post a Comment