Thursday, January 3, 2013

Apresiasi Puisi (Ya, Ini Tugas Kuliah)

APRESIASI PUISI KANASHIMI KARYA TANIKAWA SHUNTAROU

TENTANG TANIKAWA SHUNTAROU
Tanikawa Shuntarou adalah seorang pujangga Jepang yang produktif menulis puisi. Lahir pada tanggal 15 Desember 1931 di Tokyo. Selain aktif menulis puisi, beliau juga aktif menjadi penerjemah. Beliau pernah beberapa kali menjadi kandidat peraih hadiah Nobel kategori sastra, dan beberapa karyanya telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris.

PUISI
Puisi yang akan coba penulis apresiasi adalah puisi Tanikawa Shuntarou yang berjudul ‘kanashimi’ (kesedihan). Puisi ini terdapat pada kumpulan puisinya yang pertama, 二十億光年の孤独 (Dua Milyar Tahun Cahaya dalam Kesepian). Menurut wawancara Leith Morton (ahli kesusastraan Jepang di Australia) dengan Tanikawa Shuntarou pada tahun 1997, Shuntarou mengakui bahwa puisi ini merupakan refleksi darinya sendiri.

かなしみ
谷川俊太郎
あの青い空の波の音が聞こえるあたりに
何かとんでもないおとし物を
僕はしてきてしまったらしい

透明な過去の駅で
遺失物係の前に立ったら
僕は余計に悲しくなってしまった
Kesedihan
Tanikawa Shuntarou
Di manakah ku bisa mendengar suara ombak dalam langit biru itu
Sepertinya aku telah kehilangan sesuatu
Sesuatu yang penting

Di stasiun dalam masa lalu yang bening
Saat aku berdiri di depan tempat barang-barang yang hilang
Aku bersedih akan hal yang tak penting

STRUKTUR FISIK PUISI
n  Diksi (pilihan kata):
Bait pertama: pemilihan kata-kata yang paradoks (ombak dan langit biru) dan kata-kata yang menunjukkan rasa kehilangan yang dalam.
Bait kedua: pengumpamaan stasiun sebagai penguat kesan ‘singgah dalam perenungan’ dan penggambaran masa lalu yang sangat jelas terbayangkan dalam beningnya memori. Ada juga kesan kesadaran dalam pilihan kata yang ‘menidakpentingkan’ kesedihan yang dialaminya.
n  Imaji
Penggunaan kata-kata yang digambarkan atas bayangan konkret apa yang biasa dihayati manusia secara langsung melalui penginderaan. (suara ombak, langit biru, stasiun) 
n  Kata konkret
Untuk melukiskan dan menumbuhkan imajinasi dalam daya bayang pembaca, penyair menkonkretkan kata-kata seperti: “suara ombak dalam langit biru”, “di stasiun dalam masa lalu yang bening”
n  Majas
Penyair menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang berhubungan dengan alam dan kehidupan sehari-hari. ‘suara ombak’ melambangkan kehangatan dalam keluarga dan ‘langit biru’ melambangkan keluarga itu sendiri. Kedua hal tersebut sangatlah jauh namun bisa juga dianggap dekat karena jika kita lihat di pantai, langit dan laut bertemu. Stasiun dan tempat barang-barang yang hilang diibaratkan sebuah kontemplasi di mana aku lirik mengingat kembali memori-memorinya yang lalu.
n  Rima
Puisi tersebut menggunakan rima yang tidak beraturan, sesuai dengan kecenderungan puisi modern yang sudah tidak terlalu memperhitungkan kaidah-kaidah puisi lama.
n  Tipografi
Menggunakan tipografi konvensional. Dua bait terpisah dalam satu spasi yang menunjukkan gagasan yang berbeda namun saling berkaitan.

STRUKTUR BATIN PUISI
n  Tema
Tema yang diusung dalam puisi tersebut adalah kesedihan yang mendalam akan hal yang dirasakan penyair terhadap kehidupan yang dijalaninya.
Bait pertama: menggambarkan latar belakang kesedihan
Bait kedua: menggambarkan penyikapan atas kesedihan itu
n  Nada
Dalam puisi ini, kesan meratap itu ada. Ada kesan pencarian sesuatu hal yang memang pada kenyataannya tidak dimilikinya.
n  Perasaan
Perasaan penyair dalam puisi tersebut terlihat gelisah, dan bermuara pada kesedihan.
n  Amanat
Hidup itu harus tetap berjalan, apapun keadaan yang dihadapi. Besar kecilnya masalah tergantung dari bagaimana kita memandang masalah tersebut.

APRESIASI
Shuntarou adalah anak tunggal. Dia tidak mempunyai saudara kandung, yang menyebabkan dia tidak pernah mengalami pertengkaran dengan saudaranya. Saat Shuntarou beranjak dewasa, dia mulai merasakan kehilangan akan hal-hal tersebut. Kesedihan adalah hasil dari kehilangan. Puisi tersebut merupakan bentuk ekspresi dari keadaan Tanikawa pada waktu itu.
あの青い空の波の音が聞こえるあたりに
Di manakah ku bisa mendengar suara ombak dalam langit biru itu
Larik tersebut menunjukkan bahwa ‘aku lirik’ berusaha mencari ‘suara ombak’ dalam ‘langit biru’. Suara ombak dapat menunjukkan ‘kehangatan’ atau ‘kehidupan/dinamika’ sedangkan ‘langit biru’ dapat menunjukkan tempat yang dekat namun ternyata sangat jauh (antara diksi ombak dan langit), yakni keluarga.
何かとんでもないおとし物を
sepertinya aku telah kehilangan sesuatu
            Larik di atas menunjukkan bahwa pencariannya nihil. ‘Aku lirik’ merasa kehilangan sesuatu, yang masih ada kaitan dengan larik sebelumnya. Larik tersebut memperkuat larik sebelumnya.
僕はしてきてしまったらしい
sesuatu yang penting
            Larik ini pun kembali memperkuat dua larik sebelumnya, bahkan menutup bait pertama. Dalam larik ini Tanikawa kembali mempertegas bahwa hal yang dia cari itu tidak dapat ditemukan, dan hal yang tak bisa ditemukan itu merupakan sesuatu yang penting, sesuatu hal yang akan berpengaruh terhadap kehidupannya.
透明な過去の駅で
Di stasiun dalam masa lalu yang bening
            Kita memasuki bait kedua. Stasiun merupakan sebuah tempat persinggahan, menuju tujuan-tujuan selanjutnya. Di dalam stasiun, kita dapat pergi ke manapun sesuka hati, selama jalurnya tersedia. Stasiun yang dimaksudkan ‘aku lirik’ terdapat dalam angan masa lalunya yang bening, yang transparan, yang langsung menghadap kenangan-kenangan masa lalu dalam keluarganya, hingga jelas terlihat. Aku lirik seakan singgah dulu di masa lalu. Sedikit mengenang. Sebelum melangkah ke tujuan hidupnya yang selanjutnya.
遺失物係の前に立ったら
saat aku berdiri di depan tempat barang-barang yang hilang
            Di dalam stasiun, khususnya di Jepang, jika pengunjung kehilangan barangnya, petugas keamanan stasiun akan menyimpannya di tempat barang-barang yang hilang. ‘Aku lirik’ berdiri di depan tempa tersebut. Mungkin ‘aku lirik’ hendak mencari, barangkali hal yang membuat dia kehilangan itu ada di sana. Menguak kembali cerita masa lalu, berkontemplasi, hanya untuk mencoba mencari hal yang hilang dari hidupnya.
僕は余計に悲しくなってしまった
aku bersedih akan hal yang tak penting
            Ternyata kehilangan itu membuat kesedihan muncul. Aku lirik memproklamirkan kesedihannya di bagian akhir bait kedua. Namun, setelah dia lama mencari dan mencari. Entah pencariannya berbuah hasil atau nihil, akhirnya dia tersadar bahwa dia terlalu membesar-besarkan sebuah masalah. Manusia mempunyai masalah tertentu, besar dan kecilnya masalah tergantung dari cara penyikapannya sendiri. Namun keadaan dan situasi tentu saja akan sangat mempengaruhi cara dia bersikap atas masalahnya. Keadaan aku lirik sebelum dia menemukan ‘ketidakpentingan’ adalah kemelankolisan. Merasa ada yang ‘aku tidak punyai’ saat melihat keadaan orang lain. Namun, setelah proses pendewasaan ada seiring dengan proses pencarian, sikap akhir itu akan timbul, tergantung dari keadaan ruhani dari sang aku lirik. Dan larik tersebut menggambarkan bahwa aku lirik sudah menyadari bahwa kesedihannya sungguh tidak penting. Dia masih bisa hidup dengan keadaannya, untuk masa depan.

SIMPULAN
            Puisi ini merupakan bentuk ekspresi dari Tanikawa Shuntarou atas kehidupannya. Setelah beliau berusaha mencari hal-hal yang membuat dia merasa kehilangan, yakni kehangatan keluarga, sampai-sampai beliau harus membuka kembali ‘romantika masa lalu’ terlalu dalam hanya untuk mencari hal itu, ternyata pada akhirnya dia menyadari bahwa dia mencari dan menyedihkan hal yang tidak penting. Walaupun beliau mempunyai keadaan yang berbeda dengan orang-orang di sekitarnya, seiring dengan berjalannya waktu kedewasaan, akhirnya beliau bisa menemukan kedewasaannya untuk menyikapi hal-hal yang ada di hadapan,  bahkan di belakangnya. Penulis menyimpulkan bahwa melalui puisi ini, ada amanat penting yang ingin disampaikan, yaitu ‘hidup itu perlu dihadapi’. Sebagaimanapun kehidupan kita di masa lalu, jangan terlalu lama melihat ke belakang. Bersyukur dengan apa yang kita punya saat ini akan membuat kehidupan lebih manis dari yang sekedar terlihat oleh mata atau yang dirasa-rasa oleh perasaan belaka.

DAFTAR REFERENSI

No comments:

Post a Comment