APRESIASI PUISI KANASHIMI KARYA TANIKAWA SHUNTAROU
TENTANG TANIKAWA SHUNTAROU
Tanikawa Shuntarou adalah seorang
pujangga Jepang yang produktif menulis puisi. Lahir pada tanggal 15 Desember
1931 di Tokyo. Selain aktif menulis puisi, beliau juga aktif menjadi
penerjemah. Beliau pernah beberapa kali menjadi kandidat peraih hadiah Nobel
kategori sastra, dan beberapa karyanya telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris.
PUISI
Puisi yang akan coba penulis apresiasi
adalah puisi Tanikawa Shuntarou yang berjudul ‘kanashimi’ (kesedihan). Puisi
ini terdapat pada kumpulan puisinya yang pertama, 二十億光年の孤独 (Dua Milyar
Tahun Cahaya dalam Kesepian). Menurut wawancara Leith Morton (ahli kesusastraan
Jepang di Australia) dengan Tanikawa Shuntarou pada tahun 1997, Shuntarou
mengakui bahwa puisi ini merupakan refleksi darinya sendiri.
かなしみ
谷川俊太郎
あの青い空の波の音が聞こえるあたりに
何かとんでもないおとし物を
僕はしてきてしまったらしい
透明な過去の駅で
遺失物係の前に立ったら
僕は余計に悲しくなってしまった
Kesedihan
Tanikawa
Shuntarou
Di manakah ku bisa mendengar suara ombak dalam langit
biru itu
Sepertinya aku telah kehilangan sesuatu
Sesuatu yang penting
Di stasiun dalam masa lalu yang bening
Saat aku berdiri di depan tempat barang-barang yang
hilang
Aku bersedih akan hal yang tak penting
STRUKTUR
FISIK PUISI
n Diksi (pilihan kata):
Bait
pertama: pemilihan kata-kata yang paradoks (ombak dan langit
biru) dan kata-kata yang menunjukkan rasa kehilangan yang dalam.
Bait kedua:
pengumpamaan stasiun sebagai penguat kesan ‘singgah dalam perenungan’ dan
penggambaran masa lalu yang sangat jelas terbayangkan dalam beningnya memori.
Ada juga kesan kesadaran dalam pilihan kata yang ‘menidakpentingkan’ kesedihan
yang dialaminya.
n Imaji
Penggunaan
kata-kata yang digambarkan atas bayangan konkret apa yang biasa dihayati
manusia secara langsung melalui penginderaan. (suara ombak, langit biru,
stasiun)
n
Kata konkret
Untuk melukiskan dan menumbuhkan imajinasi dalam daya
bayang pembaca, penyair menkonkretkan kata-kata seperti: “suara ombak dalam
langit biru”, “di stasiun dalam masa lalu yang bening”
n Majas
Penyair
menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang berhubungan dengan alam dan kehidupan
sehari-hari. ‘suara ombak’ melambangkan kehangatan dalam keluarga dan ‘langit
biru’ melambangkan keluarga itu sendiri. Kedua hal tersebut sangatlah jauh
namun bisa juga dianggap dekat karena jika kita lihat di pantai, langit dan
laut bertemu. Stasiun dan tempat barang-barang yang hilang diibaratkan sebuah
kontemplasi di mana aku lirik mengingat kembali memori-memorinya yang lalu.
n Rima
Puisi tersebut
menggunakan rima yang tidak beraturan, sesuai dengan kecenderungan puisi modern
yang sudah tidak terlalu memperhitungkan kaidah-kaidah puisi lama.
n Tipografi
Menggunakan tipografi konvensional. Dua
bait terpisah dalam satu spasi yang menunjukkan gagasan yang berbeda namun
saling berkaitan.
STRUKTUR BATIN PUISI
n Tema
Tema yang diusung dalam puisi tersebut
adalah kesedihan yang mendalam akan hal yang dirasakan penyair terhadap
kehidupan yang dijalaninya.
Bait pertama: menggambarkan latar
belakang kesedihan
Bait kedua: menggambarkan penyikapan
atas kesedihan itu
n Nada
Dalam puisi ini, kesan meratap itu ada.
Ada kesan pencarian sesuatu hal yang memang pada kenyataannya tidak
dimilikinya.
n
Perasaan
Perasaan penyair dalam puisi tersebut
terlihat gelisah, dan bermuara pada kesedihan.
n
Amanat
Hidup itu harus tetap berjalan, apapun keadaan yang
dihadapi. Besar kecilnya masalah tergantung dari bagaimana kita memandang
masalah tersebut.
APRESIASI
Shuntarou adalah anak tunggal. Dia tidak
mempunyai saudara kandung, yang menyebabkan dia tidak pernah mengalami
pertengkaran dengan saudaranya. Saat Shuntarou beranjak dewasa, dia mulai
merasakan kehilangan akan hal-hal tersebut. Kesedihan adalah hasil dari
kehilangan. Puisi tersebut merupakan bentuk ekspresi dari keadaan Tanikawa pada
waktu itu.
あの青い空の波の音が聞こえるあたりに
Di manakah ku bisa mendengar suara ombak dalam langit
biru itu
Larik tersebut menunjukkan bahwa ‘aku
lirik’ berusaha mencari ‘suara ombak’ dalam ‘langit biru’. Suara ombak dapat
menunjukkan ‘kehangatan’ atau ‘kehidupan/dinamika’ sedangkan ‘langit biru’
dapat menunjukkan tempat yang dekat namun ternyata sangat jauh (antara diksi
ombak dan langit), yakni keluarga.
何かとんでもないおとし物を
sepertinya aku telah kehilangan sesuatu
Larik di
atas menunjukkan bahwa pencariannya nihil. ‘Aku lirik’ merasa kehilangan
sesuatu, yang masih ada kaitan dengan larik sebelumnya. Larik tersebut
memperkuat larik sebelumnya.
僕はしてきてしまったらしい
sesuatu yang penting
Larik
ini pun kembali memperkuat dua larik sebelumnya, bahkan menutup bait pertama.
Dalam larik ini Tanikawa kembali mempertegas bahwa hal yang dia cari itu tidak
dapat ditemukan, dan hal yang tak bisa ditemukan itu merupakan sesuatu yang
penting, sesuatu hal yang akan berpengaruh terhadap kehidupannya.
透明な過去の駅で
Di stasiun dalam masa lalu yang bening
Kita
memasuki bait kedua. Stasiun merupakan sebuah tempat persinggahan, menuju
tujuan-tujuan selanjutnya. Di dalam stasiun, kita dapat pergi ke manapun sesuka
hati, selama jalurnya tersedia. Stasiun yang dimaksudkan ‘aku lirik’ terdapat
dalam angan masa lalunya yang bening, yang transparan, yang langsung menghadap
kenangan-kenangan masa lalu dalam keluarganya, hingga jelas terlihat. Aku lirik
seakan singgah dulu di masa lalu. Sedikit mengenang. Sebelum melangkah ke
tujuan hidupnya yang selanjutnya.
遺失物係の前に立ったら
saat aku berdiri di depan tempat barang-barang yang
hilang
Di dalam
stasiun, khususnya di Jepang, jika pengunjung kehilangan barangnya, petugas
keamanan stasiun akan menyimpannya di tempat barang-barang yang hilang. ‘Aku
lirik’ berdiri di depan tempa tersebut. Mungkin ‘aku lirik’ hendak mencari,
barangkali hal yang membuat dia kehilangan itu ada di sana. Menguak kembali
cerita masa lalu, berkontemplasi, hanya untuk mencoba mencari hal yang hilang
dari hidupnya.
僕は余計に悲しくなってしまった
aku bersedih akan hal yang tak penting
Ternyata
kehilangan itu membuat kesedihan muncul. Aku lirik memproklamirkan kesedihannya
di bagian akhir bait kedua. Namun, setelah dia lama mencari dan mencari. Entah
pencariannya berbuah hasil atau nihil, akhirnya dia tersadar bahwa dia terlalu
membesar-besarkan sebuah masalah. Manusia mempunyai masalah tertentu, besar dan
kecilnya masalah tergantung dari cara penyikapannya sendiri. Namun keadaan dan
situasi tentu saja akan sangat mempengaruhi cara dia bersikap atas masalahnya.
Keadaan aku lirik sebelum dia menemukan ‘ketidakpentingan’ adalah
kemelankolisan. Merasa ada yang ‘aku tidak punyai’ saat melihat keadaan orang
lain. Namun, setelah proses pendewasaan ada seiring dengan proses pencarian,
sikap akhir itu akan timbul, tergantung dari keadaan ruhani dari sang aku
lirik. Dan larik tersebut menggambarkan bahwa aku lirik sudah menyadari bahwa
kesedihannya sungguh tidak penting. Dia masih bisa hidup dengan keadaannya,
untuk masa depan.
SIMPULAN
Puisi
ini merupakan bentuk ekspresi dari Tanikawa Shuntarou atas kehidupannya.
Setelah beliau berusaha mencari hal-hal yang membuat dia merasa kehilangan,
yakni kehangatan keluarga, sampai-sampai beliau harus membuka kembali
‘romantika masa lalu’ terlalu dalam hanya untuk mencari hal itu, ternyata pada
akhirnya dia menyadari bahwa dia mencari dan menyedihkan hal yang tidak
penting. Walaupun beliau mempunyai keadaan yang berbeda dengan orang-orang di
sekitarnya, seiring dengan berjalannya waktu kedewasaan, akhirnya beliau bisa
menemukan kedewasaannya untuk menyikapi hal-hal yang ada di hadapan, bahkan di belakangnya. Penulis menyimpulkan
bahwa melalui puisi ini, ada amanat penting yang ingin disampaikan, yaitu
‘hidup itu perlu dihadapi’. Sebagaimanapun kehidupan kita di masa lalu, jangan
terlalu lama melihat ke belakang. Bersyukur dengan apa yang kita punya saat ini
akan membuat kehidupan lebih manis dari yang sekedar terlihat oleh mata atau
yang dirasa-rasa oleh perasaan belaka.
DAFTAR REFERENSI
No comments:
Post a Comment